Hindu Religion | Pura Ksatria Loka Kalibata

LAPORAN OBSERVASI


PURA KSATRIA LOKA

Untuk memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester

Matakuliah Agama Hindu

Dosen Pengampu : Siti Nadroh, M.A.

Disusun Oleh :
MAULANA AKBAR
11150321000042


















PROGRAM STUDI STUDI AGAMA-AGAMA SEMESTER 4 (B)
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017

KATA PENGANTAR


Segala puji kami limpahkan kepada Allah SWT yang menciptakan segala sesuatu lalu menyempurnakannya, yang mengutus Rasul-Nya Muhammad SAW. Dengan membawa agama ini, lalu ia menyampaikan dan menjelaskannya. Dia memilihkan bagi nya sahabat dan pengikut yang memiliki semangat yang tinggi untuk menyampaikan dan mengajarkannya memelihara dan membukukannya, sehingga agama ini sampai ketangan orang - orang khalaf sebagaimana yang diterima oleh orang - orang salaf, segar mempesona sepanjang masa. Atas karunia Allah pula kami bisa menyusun laporan kegiatan observasi matakuliah Agama Hindu ini dengan baik dan lancar, yang nantinya laporan ini akan menjadi bukti bahwa kami telah mengunjungi obyek observasi di Pura Ksatria Loka..

Laporan kegiatan observasi ini telah kami lengkapi dengan gambar-gambar dan informasi dari obyek-obyek observasi sejauh informasi yang telah kami dapatkan dari Pura Ksatria Loka. Laporan hasil kegiatan observasi yang kami susun ini mungkin sangatlah jauh dari kata sempurna. Kami mohon maaf jika ada kesalahan dalam penyusunan laporan kegiatan observasi ini. Untuk itu saya mohon kritik dan saran demi kesempurnaan laporan ini.


DAFTAR ISI





 

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang 


Indonesia adalah Negara kepulauan yang memiliki keanekaragaman etnik atau suku bangsa dan budaya, serta kekayaan dibidang seni dan sastra. Semua sejalan dengan keanekaragaman etnik, suku bangsa dan agama yang secara keseluruhan merupakan potensi nasional. Salah satu ragam suku yang memiliki kekayaan adalah Pura Ksatria Loka Kalibata..
 

1.2 Batasan dan Rumusan Masalah 


Berdasarkan latar belakang diatas, objek dari penelitian ini adalah masyarakat etnis dayak ngaju. Fokus penelitian ini dibatasi pada masalah tradisi keagamaan masyarakat tersebut dengan melihat tradisi agama. Agar pembahasan ini lebih terarah maka perlu dirumuskan permasalahan-permasalahan tersebut berdasarkan pertanyaan- pertanyaan berikut :
1. Bagaimana Sejarah Pura Ksatria Loka Kalibata?
2. Jelaskan Bagian-bagian Pura Ksatria Loka Kalibata!

1.3  Tujuan Observasi 

Tujuan yang ingin dicapai dalam observasi ini adalah untuk mengetahui lebih jauh tentang gambaran kehidupan agama dan sosial masyarakat Pura Ksatria Loka. Penelitian ini juga ditunjukkan untuk mengetahui lebih jauh perubahan sosial budaya yang terjadi dalam tradisi mereka.
Adapun hasil observasi ini diharapkan dapat memiliki kegunaan yang bersifat teoritik dan praktis. Secara teoritik, penelitian ini merupakan satu sumbangan sederhana bagi pengembangan studi Agama Hindu, terutama karena observasi ini mengkaji tentang kepercayaan-kepercayaan yang ada pada pura tersebut tersebut. Adapun secara praktis, penelitian ini akan memberikan pemahaman terhadap masyarakat akan adanya kepercayaan yang ada di etnis kampung tersebut.
Disamping itu, observasi ini diharapkan memperkaya khazanah kepustakaan mengenai kepercayaan yang di anut pada Pura Ksatria Loka.





















BAB II

PEMBAHASAN


A. Pelaksanaan Observasi


Hari : Minggu, 23 April 2017 
Pukul : 13.00 WIB
Tempat : Pura Ksatria Loka Kalibata Pasar Minggu.

B. Narasumber


Bpk. Wayankara
sebagai Panditha, Sesepuh dan pendiri Pura Ksatria Loka

1.1 Sejarah Pura.



Dalam sejarahnya, bangunan Pura ini dibangun dengan dana swadaya dari masyarakat Hindu sekitar dan mendatangkan arsitektur langsung dari Bali. Dalam pembangunannya, Pura Hindu Dharma Ksatria Loka Kalibata sudah menghabiskan dana sekitar satu miliar rupiah untuk pembagunannya. Dan dalam peresmiannya, pura ini melakukan korban besar-besaran yang menghabiskan dana sekitar 400 juta rupiah. Dalam ritual korban tersebut dibantu oleh masyarakat Hindu sekitar dan dilakukan dengan swadaya. Dan saat ini pura Hindu Dharma Ksatria Loka sedang mengajukan legalitas ke pemerintahan setempat untuk perlindungan hukum.

1.2 Bagian-Bagian Pura 

Secara arsitektur, pura dibagi dalam 3 bagian. Yaitu Nista Mandala (Zona Luar), Madya Mandala (Zona Tengah) dan Utama Mandala (Zona Utama).

Nista Mandala adalah zona terluar dari pura, zona ini biasanya berupa taman atau lapangan bisa digunakan untuk upacara pementasan tari atau persiapan upacara keagamaan. Sebelum masuk Nista Mandala, terdapat Candi bentar, yang berfungsi sebagai penyeleksi umum.

Madya Mandala adalah zona tengah dimana umat beraktivitas disinilah terdapat balai kul-kul yang didalamnya terdapat gong yang digunakan untuk memukul jika ada tamu yang datang.

Utama Mandala merupakan zona yang paling dalam, dan merupakan tempat paling suci dari pura. Untuk masuk tempat ini harus melewati kori agung atau candi kurung dengan tiga pintu. Pintu utama terletak di tengah, sedangkan dua pointu lainnya mengapit pintu utama.













1.3 Candi Bentar




Merupakan gapura serupadan sebangun yang merupakan gerbang masuk dari Nista Mandala ke Madya Mandala. Gapura ini tidak ada atap diantara keduanya. Ada anak tangga di bagian bawah. Pada bagian bawah. Pada pura merupakan gerbang dari arah luar lingkaran pura yang membatasi Nista mandala dan Madya Mandala. Karna bentuknya sering juga disebut gerbang terbelah. Pada saat umat melewati gerbang ini maka pikiran dan tingkah laku sudah harus dengan kebaikan dan kesucian (sat cit ananda). Konsep Tri Kaya Parisudha sudah harus dilakukan pada saat kaki sudah melangkah melewati candi bentar.


















1.4 Dapur Suci



Dapur suci adalah bangunan pura yang digunakan untuk memasak hidangan dalam acara ritual-ritual tertentu, dapur suci dilarang digunakan jika untuk memasak hidangan yang bukan untuk acara ritual-ritual.

1.5 Balai Kul-Kul



Bentuknya seperti Gong, Fungsinya adalah penanda kedatangan tamu, gong akan dibunyikan jika tamu yang dianggap tamu kehormatan datang ke pura ini. Dan siapapun bisa membunyikan gong, jika ada tamu kehormatan yang datang.




1.6 Kori Agung




Adalah bangunan utama dalam sebuah pura. Dalam bahasa Bali kori berarti pintu dan agung berarti yang paling utama. Jadi kori agung adalah pintu utama untuk mrncapai keharmonisan hidup. Kori agung terletak di halaman yang menghubungkan madya mandala dengan utamaning mandala. Bangunan ini adalah bangunan yang pasti ada dalam sebuah pura. Dan bangunan ini memiliki filosofi yaitu sebelum melakukan persembayangan, mereka harus menyatukan pikiran mereka hanya ke hadapan Tuhan makanya mereka melewati kori agung.

1.7 Bale pawedan





Bangunan ini terleak di Utama Mandala, bentuknya sedang tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil, disesuaikan dengan area yang tersedia. Pawedan artinya pemujaan. Bale ini merupakan bangunan dimana Ida Pedanda menghanturkan upacara dan memimpin persembayangan. Secara filosofis, yang berstana di bale pawedan adalah Dewa Siwa dalam dirinya.

1.8 Bale Papelik



Bangunan ini biasa digunakan di pura untuk menaruh sesajian. Sesajian yang dimaksud adalah untuk dewa yang ada di langit.


1.9 Ngerurah


Bangunan yang terletak di samping Padmasana. Dipercaya adalah tempat bersemayan para pengawal dewa Brahman.



1.10 Padmasana



Adalah bangunan utama dalam Pura, yaitu bangunan yang menjadi arah untuk melakukan ritual-ritual keagamaan. Konon katanya Padmasana adalah tempat bersemayamnya dewa Brahman.



1.11 Taman sari


Adalah bangunan seperti Air Mancur yang dipercaya oleh umat Hindu Dharma adalah tempat mandinya para dewa.



1.12 Balai pertemuan


Balai yang biasa digunakan di pura untuk perkumpulan dan musyarwarah bagi para penganut Agama Hindu di Indonesia. Digunakan untuk acara non ritual.

Jadwal Kegiatan Observasi Anjungan Kalimantan Tengah

 

 A. Minggu, 23 April 2017


    08.00-09.00       Preparing (Halte UIN)
    12.00-12.30       ISHOMA
     13.00-15.00       Ramah Tamah dan wawancara Dengan Bpk.      Wayankara Selaku Panditha Pura
          15.30-16.00       Keliling Pura Ksatria Loka dan Pulang. 

BAB III

PENUTUP

 

1.1 Kesimpulan

Pura Hindu Dharma Ksatria Loka terletak di Komplek POMAD Kalibata, Pasar Minggu Jakarta Selatan dan Sekitarnya didirikan oleh Panditha Wayankara. Panditha Wayankara adalah pensiunan pasukan pengamanan presiden (Paspampres) pada zaman Presiden Suharto. Setelah pensiun, ia tinggal di POMAD kalibata, Pasar Minggu Jakarta Selatan, Ia yang adalah seorang penganut Agama Hindu, kebingungan karena tidak ada tempat ibadah di komplek tersebut, akhirnya ia berinisiatif untuk membangun pura ini dengan hanya sekitar 65 kepala keluarga yang sama-sama penganut Agama Hindu. Pembangunan pura pada awalnya hanya sekedar balai pertemuan saja yang hanya ruangan seluas kurang lebih 10x10 meter dan saat ritual keagamaan hanya menggunakan tiga patung simbolis yaitu Brahman, Syiwa, Wisnu.

Dalam sejarahnya, bangunan Pura ini dibangun dengan dana swadaya dari masyarakat Hindu sekitar dan mendatangkan arsitektur langsung dari Bali. Dalam pembangunannya, Pura Hindu Dharma Ksatria Loka Kalibata sudah menghabiskan dana sekitar satu miliar rupiah untuk pembagunannya. Dan dalam peresmiannya, pura ini melakukan korban besar-besaran yang menghabiskan dana sekitar 400 juta rupiah. Dalam ritual korban tersebut dibantu oleh masyarakat Hindu sekitar dan dilakukan dengan swadaya. Dan saat ini pura Hindu Dharma Ksatria Loka sedang mengajukan legalitas ke pemerintahan setempat untuk perlindungan hukum.


1.2. Saran 

Setiap masyarakat adat pasti memiliki ciri khas yang melembaga dalam ritual kehidupan sehari-hari. Ciri-ciri tersebut telah menjadi identitas yang harus dihormati sebagai wujud pergulatan rasionalitas bagi para penganutnya. Oleh karena itu, tradisi keagamaan masyarakat Pura Ksatria Loka hendaknya jangan dipahami sekedar ritualitas belaka melainkan memiliki dimensi spirititualitas yang mendalam yang harus diteliti dan digali kepada masyarakat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Hindu Religion | Pura Agung Jagatnatha Riau

Hindu Religion | Periodisasi Sejarah Hiduisme Zaman Brahmana